Tuesday, July 3, 2012

Memandang Eksistensi Anak Jalanan di Indonesia

Anak jalanan secara umum dapat diartikan sebagai anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja di jalanan. Di indonesia, ada beberapa jenis pekerjaan yang biasa dilakoni oleh anak-anak jalanan. Diantaranya adalah, pengamen, pedagang asongan, penyemir sepatu, pedagang koran, pemulung, hingga pengemis. Sebagian besar anak jalanan menjalani pekerjaannya dibawah pengetahuan orangtuanya, bahkan tak jarang pula diantara mereka sengaja ditempa orangtuanya untuk mencari nafkah di jalanan.


Untuk saat ini, sebagian besar anak-anak jalanan di Indonesia, khususnya di Jakarta, telah memiliki kemauan untuk bersekolah, meskipun tidak jarang dari mereka yang pada akhirnya hanya berhenti di tingkat sekolah dasar.
Ada 2 hal yang melatarbelakangi putus sekolah di kalangan anak jalanan, yaitu :

  1. Mereka memang tidak mampu untuk melanjutkan sekolah. Karena meskipun pemerintah telah mencanangkan sekolah gratis dengan memberika dana BOS, namun pada praktiknya masih ada lagi dana-dana lain yang harus dibayar oleh siswa untuk menunjang proses belajar mengajar. Hal inilah yang memberatkan anak-anak jalanan dan orangtuanya, mereka berfikir bahwa lebih baik mereka bekerja dan mendapatkan hasil untuk makan daripada menghabiskan uang untuk sekolah tanpa hasil yang terlihat. Mereka belum menyadari apalagi memiliki visi ke depan, bahwa sesungguhnya dengan pendidikan yang layak mereka akan mendapatkan masa depan yang jauh lebih baik daripada yang mereka lihat sekarang.
  1. Mereka terlalu terlena dengan “kemudahan” semu mencari uang di jalanan. Sebagian besar anak jalanan memang merasa telah mampu untuk hidup dan memenuhi kebutuhannya hanya dengan bergantung pada pekerjaannya di jalanan. Mereka berfikir, buat apa menghabiskan uang untuk bersekolah, kalau dengan tidak bersekolah saja kita masih bisa hidup dengan layak. Mirisnya, ketika anak jalanan tersebut pun sangat berkeinginan untuk bersekolah, orangtua mereka tetap tidak mendukung keinginan mereka dengan berbagai alasan.
Sebagian besar anak jalanan di Indonesia menjalankan gaya hidupnya yang seperti itu tidak secara mendadak. Biasanya anak-anak jalanan memiliki orangtua yang dulunya juga merupakan anak jalanan, sehingga lingkungan keras di jalanan sudah menjadi hal yang biasa dihadapi sejak kecil. Kebiasaan inilah yang dilangsungkan secara turun temurun hingga membentuk sebuah rantai yang sangat sulit untuk diputuskan. Anak-anak jalanan telah terlena dengan kemudahan mencari uang di jalanan dan ketika dewasa mereka pun akan mendoktrinasi ide ini kepada generasi berikutnya. Hal ini membuat rantai anak jalanan di Indonesia semakin kuat dan sulit untuk diputuskan.

Eksistensi anak jalanan di Indonesia saat ini memang menjadi sebuah dilema, baik bagi masyarakat, pemerintah, maupun anak jalanan itu sendiri. Pemerintah merasa telah berusaha maksimal untuk menyelesaikan masalah anak jalanan, namun anak-anak jalanan sendiri rasanya memang sudah terlalu terlena dengan kehidupannya yang sekarang. Begitupun masyarakat, meskipun terkadang merasa kasihan dan prihatin dengan kondisi anak-anak jalanan, Di sisi lainnya juga merasa kesal melihat anak jalanan yang terkesan tidak mau berusaha mencari kehidupan yang lebih baik. Namun kita pun tidak dapat sepenuhnya menyalahkan anak jalanan, karena bagaimanapun mereka memang spesial, baik dalam hal bertindak maupun pola fikir. Mereka telah terbiasa dengan kehidupan keras tanpa pendidikan yang layak sehingga memang sangat sulit bagi mereka untuk berfikir seperti kita dalam hal menata masa depan.

Untuk membasmi rumput liar, tidak cukup jika dilakukan hanya dengan memangkas daunnya, tapi kita harus mencabutnya sampai ke akar supaya rumput tersebut benar-benar hilang. Begitupun dalam menyelesaikan suatu masalah, kita harus mencari dan membasmi akar permasalahannya supaya masalah tersebut dapat benar-benar terselesaikan. Dalam permasalahan anak jalanan, inti dari masalah sebenarnya bukan hanya materi, tapi juga masalah pola fikir dan mental yang masih belum maju untuk dapat memikirkan visi ke depan yang lebih baik. Jadi, untuk menanggulangi masalah anak jalanan, diperlukan perubahan pola fikir anak jalanan itu sendiri supaya tidak hanya merasa puas dengan kemudahan semu yang ditawarkan oleh jalanan.

Merubah pola fikir memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun bukan berarti hal ini menjadi tidak mungkin untuk dilakukan. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pola fikir adalah pendidikan. Jadi, untuk memperbaiki pola fikir yang dimiliki oleh anak jalanan, diperlukan pula pendidikan yang layak dan lebih baik. Dengan pendidikan yang layak dan lebih baik, kami sangat percaya bahwa anak jalanan akan dapat berfikir untuk mecari masa depan yang lebih baik daripada hanya bekerja di jalanan, sehingga pada akhirnya hal ini akan menyelesaikan semua permasalahan anak jalanan, bahkan masalah-masalah sosial lainnya.

Jadi, ayo dukung pendidikan yang lebih layak untuk anak-anak jalanan. Jangan hanya diam dan menunggu pemerintah untuk melakukan sebuah gebrakan. Kita juga harus ikut bergerak supaya perubahan dapat terjadi dengan lebih mudah.

Ingat, mereka juga bagian dari masa depan Indonesia!
Maju terus pendidikan Indonesia!

No comments:

Post a Comment